BAB II
PEMBAHASAN
I
KERAJAAN
KUTAI
A. Sumber Sejarah
Sumber
yang menyatakan Bahwa di kaltim telah berdiri dan berkembang kerajaan yang
mendapatkan pegaruh Hindu adalah beberapa penemuan berupa batu bertulis atau
Prasasti. Tulisan itu ada pada tujuh tiang batu yang disebut Yupa. Yupa ini
berfungsi utuk mengikat hewan Korban. Korban itu merupakan pwersembahan rakyat
kepada para Dewa yang dipujanya. Tulisan yang terdapat pada Yupa tersebut
menggunakan huruf pallawa dan berbahasa sansekerta.
B. Letak Kerajaan
Kutai
Kerajaan
kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia. Kerajaan ini terletak ditepi sungai
Mahakam di Muarakaman, Kalimantan Timur, dekat kota Tenggarong.
C. Kehidupan
Politik
Sejak
muncul dan berkembangnya Pengaruh Hindu di Kaltim, terjadi perubahan dalam tata
pemerintahan, yatu dari sistem pemerintahan kepala suku menjadi sistem
pemerintahan Raja atau feodal. Raja-raja yang pernah berkuasa pada kerajaan
Kutai adalah sebagai berikut:
Kudungga.
Raja ini adalah Founding Father kerajaan Kutai, ada yang unik pada nama raja
pertama ini, karena nama Kudungga merupakan nama Lokal atau nama yang belum
dipengaruhi oleh budaya Hindu. Hal ini kemudian melahirkan persepsi para ahli
bahwa pada masa kekuasaan Raja Kudungga, pengaruh Hindubaru masuk ke Nusantara,
kedudukan Kudungga pada awalnya adalah seorang kepala suku. Dengan masuknya
pengaruh Hindu, ia megubah struktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan
mengangkat dirinya mejadi raja, sehingga pergantian raja dilakukan secara turun
temurun.
Aswawarman.
Prasasti Yupa menyatakan bahwa Raja aswawarman merupakan raja yang cakap dan
kuat. Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kerajaan Kutai diperluas
lagi. Hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan upacara Asmawedha. Upacara-upacara
ini pernah dilakukan di India pada masa pemerintahan raja Samudragupta, ketika
ingin memperluas wilayahnya. Dalam upacara itu dilaksanakan pelepasan
kuda dengan tujuan untuk menentukan batas kekuasaan kerajaan Kutai. Dengan kata
lain, sampai dimana ditemukan tapak kaki kuda, maka sampai disitulan batas
kerajaan Kutai. Pelepasan kuda-kuda itu diikuti oleh prajurit kerajaan Kutai.
Mulawarman.
Raja ini adalah Putra dari raja Aswawarman, ia membawa Kerajaan Kutai ke puncak
kejayaan. Pada masa kekuasaannya Kutai mengalami masa gemilang. Rakyat hidup
tentram dan sejahtera. Dengan keadaan seperti itulah akhirnya Raja Mulawarman
mengadakan upacara korban emas yang amat banyak.
D. Kehidupan
Sosial Dan Budaya
Berdasarkan
isi prasasti-prasasti Kutai, dapat diketahui bahwa pada abad ke -4 M di daerah
Kutai terdapat suatu masyarakat Indonesiayang telah banyak menerima pengaruh
hindu. Masyarakat tersebut telah dapat mendirikan suatu kerajaan yang teratur
rapi menurut pola pemerintahan di India. Masyarakat Indonesia menerima
unsur-unsur dari luar dan mengembangkannya sesuai dengan tradisi bangsa
Indonesia
Kehidupan
budaya masyarakat Kutai sebagai berikut :
-
Masyarakat Kutai adalah masyarakat yang
menjaga akar tradisi budaya nenek moyangnya.
-
Masyarakat yang sangat tanggap terhadap
perubahan dan kemajuan kebudayaan.
-
Menjunjung tingi semangat keagamaan
dalam kehidupan kebudayaannya.
-
Masyarakat Kutai juga adalah masyarakat
yang respon terhadap perubahan dankemajuan budaya. Hal ini dibuktikan dengan
kesediaan masyarakat Kutai yangmenerima dan mengadaptasi budaya luar (India) ke
dalam kehidupan masyarakat.Selain dari itu masyarakat Kutai dikenal sebagai
masyarakat yang menjunjung tinggispirit keagamaan dalam kehidupan kebudayaanya.
Penyebutan Brahmana sebagai pemimpin spiritual dan ritual keagamaan dalam
yupa-prasasti yang mereka tulismenguatkan kesimpulan itu.
E. Kehidupan
Ekonomi
Kehidupan
ekonomi di Kerajaan Kutai dapat diketahui dari dua hal berikut ini :
-
Letak geografis Kerajaan Kutai berada
pada jalur perdagangan antara Cina dan India. Kerajaan Kutai menjadi tempat
yang menarik untuk disinggahi para pedagang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa
kegiatan perdagangan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai, disamping
pertanian.
-
Keterangan tertulis pada prasasti yang
mengatakan bahwa Raja Mulawarman pernah memberikan hartanya berupa minyak dan
20.000 ekor sapi kepada para Brahmana.
F. Masa
Keruntuhan
Berdasarkan
yupa yang ditemukan, kerajaan kutai runtuh ketika Raja Dharma
Setia tewas ditangan Raja Kutai Kartanegara. Raja
Dhamarmasetia adalah anak dari Raja Mulawarman, cucu dari Raja Asmawarman,
buyut dari Raja Kudungga. Dan Raja Dharma Setia adalah Raja terakhir diKerajaan
Kutai
PEMBAHASAN
II
KERAJAAN
TARUMANEGARA
A. Asal Mula Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan
Tarumanegara berdiri pada taahun 450 Masehi dengan raja yang memerintah
Purnawarman. Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan yang pernah berkuasa di
wilayah yang sekarang menjadi Provinsi Banten, Jawa Barat dan Jakarta. Kerajaan
ini berdiri kira-kira pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M, dan beribu kota di
Jayasinghapura. Kerajaan Tarumanegara adalah kelanjutan dari kerajaan
Salakanagara, dan merupakan salah satu kerajaan tertua yang ada di Indonesia.
Salakanagara,
adalah salah satu kerajaan kuno yang pernah ada di Indonesia. Bahkan, banyak
orang percaya bahwa Salakanagara merupakan kerajaan paling awal yang ada di
Nusantara. Salakanagara kemudian menjadi kerajaan besar yang beribukota di
Rajatapura. Rajatapura ini menjadi pusat pemerintahan raja-raja Dewawarman
(I-VIII) hingga tahun 362. Raja Dewawarman VIII memiliki seorang menantu
bernama Jayasingawarman. Ia adalah seorang Maharesi dari Salankayana di India
yang mengungsi ke Salakanagara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan
Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Maurya. Jayasingawarman inilah yang
kemudian mendirikan kerajaan baru bernama Tarumanegara. Setelah Kerajaan
Tarumanegara berdiri, pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke
Tarumanegara. Dan Salakanagara hanya menjadi sebuah Kerajaan Daerah.
Bukti
keberadaan Kerajaan Tarumanegara dapat diketahui dari 7 buah prasasti batu yang
ditemukan. Lima ditemukan di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten.
Ketujuh prasasti tersebut adalah :
1. Prasasti
Kebon Kopi, Bogor
2. Prasasti
Tugu, Jakarta
3. Prasasti
Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, Banten
4. Prasasti
Ciauteun, Bogor
5. Prasasti
Muara Cianten, Bogor
6. Prasasti
Jambu, Bogor
7. Prasasti
Pasir Awi, Bogor
Dari
prasasti-prasasti itu, diketahui bahwa kerajaan Tarumanegara dibangun oleh
Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M. Jayasingawarman kemudian
memerintah sampai tahun 382 M. Setelah meninggal, Jayasingawarman dimakamkan di
sekitar sungai Gomatri (wilayah Bekasi).
Selain
prasasti, bukti lain keberadaan kerajaan Tarumanegara adalah adanya berita dari
China. Orang-orang China mengatakan bahwa kerajaan Tarumanegara beberapa kali
mengirim utusan ke negeri China pada masa Dinasti Sui dan Dinasti Tang. Ini
menunjukkan bahwa Kerajaan Tarumanegara di akui oleh kekaisaran China, dan
hubungan baik telah terjamin di antara keduanya.
Kerajaan
Tarumanegara diperkirakan berkembang antara tahun 400-600 M. berdasarkan
prasasti, diketahui raja yang memerintah pada waktu itu adalah Purnawarman.
Pada saat itu, wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara menurut prasasti Tugu
meliputi hampir seluruh Jawa Barat yang membentang dari Banten, Jakarta, Bogor,
dan Cirebon. Raja Purnawarman sendiri terkenal sebagai seorang raja yang arif
dan bijaksana. Salah satu bentuk kearifannya adalah ketika pada tahun ke-22
pemerintahannya, atau tepatnya pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian
Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km) yang dikerjakan dalam waktu
21 hari. Penggalian Sungai Gomati tersebut untuk menghindari bencana alam
berupa banjir di aliran Sungai Chandrabhaga yang sering terjadi pada masa
pemerintahannya, sekaligus untuk mengatasi kekeringan yang terjadi pada musim
kemarau.
Usaha
ini membuktikan bahwa Purnawarman penuh perhatian kepada rakyatnya. Penggalian
sungai tersebut dilakukan oleh rakyat secara bergotong-royong dan tanpa
paksaan. Pada akhir penggalian, Raja Purnawarman kemudian memberikan hadiah
seratus ekor lembu kepada para Brahmana.
B.
Kehidupan
Politik
Raja
Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan kehidupan
rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti Tugu yang menyatakan raja
Purnawaman telah memerintah untuk menggali sebuah kali. Penggalian sebuah kali
ini sangat besar artinya, karena pembuatan kali ini merupakan saluran irigasi
untuk memperlancar pengairan sawah–sawah pertanian rakyat.
C.
Kehidupan
Sosial
Kehidupan
sosial kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini terlihat dari upaya
raja Purnawarman yang terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan
rakyatnya. Raja Purnawarman juga sangat memperhatikan kedudukan kaum Brahmana
yang dianggap penting dalam melaksanakan setiap upacara korban yang
dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda penghormatan kepada para dewa. Lapisan
masyarakat Tarumanegara di duga terdiri dari :
a.
Keluarga raja dan kaum bangsawan
(pangeran) yang memerintah kerajaan.
b.
Kaum Brahmana yang memimpin upacara
agama dan mengembangkan
agama Hindu.
c.
Rakyat yang terdiri dari pemburu,
pedagang, petani, pelayar, penambang, peternak .
d.
Budak-budak.
D.
Kehidupan
Ekonomi
Prasasti
Tugu menyatakan bahwa raja Purnawarman memerintahkan rakyatnya untuk membuat
sebuah terusan sepanjang 6122 tombak. Pembangunan terusan ini mempunyai arti
ekonomis yang besar bagi masyarakat, karena dapat dipergunakan sebagai sarana
untuk mencegah banjir serta sarana lalu lintas pelayaran perdagangan antar
daerah di kerajaan Tarumanegara dengan dunia luar, juga perdagangan daerah
disekitarnya. Akibatnya, kehidupan perekonimian masyarakat kerajaan
Tarumanegara sudah teratur. Mata pencaharian
rakyat Tarumanegara di perkirakan :
a.
Perburuan disimpulkan dari adanya
perdagangan cula badak dan gading gajah dengan cina.
b.
Pertambangan disimpulkan dari banyaknya
perdagangan emas dan perak.
c.
Perikanan disimpulkan dari adanya
perdagangan penyu, disamping
menangkap penyu juga menangkap ikan.
d.
Pertanian disimpulkan dari penggalian
kali untuk mengairi sawah–sawah.
e.
Perdagangan di simpulkan dari
adanya hubungan dagang dengan cina.
f.
Pelayaran disimpulkan dari pengiriman
utusan ke cina.
g.
Peternakan di simpulkan dari hadiah
1.000 ekor sapi dari Purnawarman
E.
Kehidupan
Budaya
Dilihat
dari teknik dan cara penulisan huruf–huruf dari prasasti–prasasti yang
ditemukan sebagai titik kebesaran kerajaan Tarumanegara, dapat diketahui dapat
tingkat kebudayaaan masyarakat pada masa itu sudah tinggi. Selain sebagai
peninggalan budaya, keberadaan prasasti–prasasti tersebut menunjukkan telah
berkembangnya kebudayaan tulis menulis di kerajaan Tarumanegara.
F.
Silsilah
Raja-Raja Tarumanegara
Berikut
adalah raja-raja Tarumanagara:
a. Jayasingawarman (358
- 382)
Jayasingawarman
pendiri Tarumanagara adalah menantu Raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang
Maharesi dari SALANKAYANA di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya
diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada. Setelah
Jayasingawarman mendirikan Tarumanagara, pusat pemerintahan beralih dari
Rajatapura ke Tarumanegara. Salakanagara kemudian berubah menjadi Kerajaan
Daerah. Jayasingawarman dipusarakan di tepi kali Gomati (Bekasi).
b. Dharmayawarman (382
- 395 M)
Dipusarakan
di tepi kali Candrabaga.
c. Purnawarman (395
- 434 M)
Ia
membangun ibukota kerajaan baru dalam tahun 397 yang terletak lebih dekat ke
pantai dan dinamainya "Sundapura". Nama Sunda mulai digunakan oleh
Maharaja Purnawarman dalam tahun 397 M untuk menyebut ibukota kerajaan yang
didirikannya. Pustaka Nusantara,parwa II sarga 3 (halaman 159 - 162)
menyebutkan bahwa di bawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48 raja daerah yang
membentang dari Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada Pandeglang)
sampai ke Purwalingga (sekarang Purbalingga) di Jawa Tengah. Secara tradisional
Ci Pamali (Kali Brebes) memang dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa Jawa
Barat pada masa silam.
d. Wisnuwarman (434-455)
e. Indrawarman (455-515)
f. Candrawarman (515-535
M)
g. Suryawarman (535
- 561 M)
Suryawarman
tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang memberikan kepercayaan
lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri, melainkan
juga mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur. Dalam tahun 526 M,
misalnya. Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru
di Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut. Sedangkan
putera Manikmaya, tinggal bersama kakeknya di ibukota Tarumangara dan kemudian
menjadi Panglima Angkatan Perang Tarumanagara. Perkembangan daerah timur
menjadi lebih berkembang ketika cicit Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh dalam
tahun 612 M.
h. Kertawarman (561-628)
i.
Sudhawarman (628-639)
j.
Hariwangsawarman (639-640)
k. Nagajayawarman (640-666
l.
Linggawarman (666-669)
Tarumanagara
sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Dalam tahun 669,
Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa.
Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung
bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dan yang kedua
bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri
Kerajaan Sriwijaya.
m. Tarusbawa (669
– 723 M)
Tarusbawa
yang berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa menggantikan mertuanya menjadi
penguasa Tarumanagara yang ke-13. Karena pamor Tarumanagara pada zamannya sudah
sangat menurun, ia ingin mengembalikan keharuman zaman Purnawarman yang
berkedudukan di purasaba (ibukota) Sundapura. Dalam tahun 670 ia mengganti nama
Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda. Peristiwa ini dijadikan alasan
olehWretikandayun, cicit Manikmaya, untuk memisahkan Kerajaan Galuh dari
kekuasaan Tarusbawa. Karena Putera Mahkota Galuh (SENA or SANNA) berjodoh
dengan Sanaha puteri Maharani Sima dari Kerajaan Kalingga,
Jepara, Jawa Tengah, maka dengan dukungan Kalingga, Wretikandayun menuntut
kepada Tarusbawa supaya bekas kawasan Tarumanagara dipecah dua. Dalam posisi
lemah dan ingin menghindarkan perang saudara, Tarusbawa menerima tuntutan
Galuh. Dalam tahun 670 M Kawasan Tarumanagara dipecah menjadi dua kerajaan,
yaitu: Kerajaan Sunda dan Kerajaan
Galuh dengan Citarum sebagai batas.
G.
Wilayah
Kekuasaan
Dari
sumber–sumber di atas dapat di simpulkan bahwa Tarumanegara terletak di jawa
Barat. Pusatnya belum dapat di pastikan, namun para ahli menduga kali
Chandabagha adalah kali Bekasi, kira–kira anatar sungai Citarum dan sungai
Cisadane. Adapun wilayah kekuasaan kerajaan Tarumanegara meliputi daerah
Banten, Jakarta, sampai perbatasan Cirebon.
H.
Prasasti-Prasasti
Kerajaan Tarumanegara
No
|
Prasasti
|
Informasi
|
1.
|
Prasasti
Ciaruteun
|
Terdapat
gambar dua telapak kaki dengan tulisan huruf Palawa dan bahasa Sanskerta:
Inilah dua kaki yang seperti kaki Dewa Wisnu, ialah kaki yang mulia Sang
Purnawarman di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia.
|
2.
|
Prasasti
Kebon Kopi
|
Terdapat
gambar dua kaki gajah. Isinya: 'Inilah dua telapak kaki gajah yang seperti
Airawata, gajah penguasa negeri Taruma yang gagah perkasa.' Tapak kaki dipuja
merupakan ajaran Hindu Vaisnawa: raja dianggap keturunan Dewa.
|
3.
|
Prasasti
Jambu
|
Terdapat
gambar sepasang kaki dengan tulisan 'gagah mengagumkan dan jujur terhadap
tugas adalah pemimpin manusia yang tiada taranya yang termasyur Sri
Purnawarman yang memerintah di Taruma dan baju zirahnya yang terkenal tidak
dapat ditembus senjata musuh. Inilah sepasang kakinya, yang senantiasa
berhasil menggempur kota-kota musuh, hormat kepada para pangeran, tetapi
merupakan duri dalam daging bagi musuhnya.
|
4.
|
Prasasti
Tugu
|
Terdapat
di dekat Tanjung Priok, Jakarta Utara. Isinya: Dahulu sebuah sungai yang
bernama Candrabhaga, yang digali oleh seorang guru Rajadiraja mengalir ke
laut setelah melalui puri. Dari tahun ke-22 masa pemerintahan Purnawarman
telah digali Sungai Gomati yang penjangnya 6122 tombak (± 12 km). Penggalian
selesai 21 hari dimulai tanggal 6 paro peteng bulan Phalguna dan selesai
tanggal 13 paro terang bulan Caitra. Lalu diadakan selamatan dan oleh
Purnawarman dihadiahkan kepada Brahmana 1.000 ekor sapi.
|
5.
|
Prasasti
Lebak
|
Terdapat
di Lebak, Banten. Isinya: Inilah tanda keperwiraan, keagungan, dan keberanian
yang sesungguhsungguhnya dari raja dunia, yang mulia Purnawarman yang menjadi
panji sekalian raja.
|
6.
|
Prasasti
muara Cianten
|
Prasasti
ini belum dapat dibaca karena menggunakan
huruf
ikal
|
7.
|
Prasasti
Pasir Awi
|
Prasasti
ini belum dapat dibaca karena menggunakan huruf ikal
|
I.
Sumber-Sumber
Sejarah
Bukti
keberadaan Kerajaan Taruma diketahui melalui sumber-sumber yang berasal dari
dalam maupun luar negeri. Sumber dari dalam negeri berupa tujuh buah prasasti
batu yang ditemukan empat di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten.
Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh
Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M dan beliau memerintah sampai
tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomati
(wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari
Kerajaan Salakanagara. Sedangkan sumber-sumber dari luar negeri yang berasal
dari berita Tiongkok antara lain:
1. Berita
Fa-Hsien, tahun 414 M dalam bukunya yang berjudul Fa-Kao-Chi
menceritakan bahwa di Ye-po-ti hanya sedikit
dijumpai orang-orang yang beragama Buddha,
yang banyak adalah
orang-orang yang beragama Hindu dan sebagian masih animisme.
2. Berita
Dinasti Sui, menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang utusan dari
To- lo-mo yang terletak di sebelah selatan.
3. Berita
Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah datang
utusaan dari To-lo-mo.
J.
Kejayaan
Tarumanegra
Masa
keeamasan Tarumanagara disebut-sebut terjadi pada zaman Purnawarman, bergelar
Sri Maharaja Purnawarman Sang Iswara Digwijaya Bhima prakarma Suryamaha purusa
Jagatpati. Pembangun Tarumanagara. Ia disebut juga narendraddhvaja buthena
(panji segala raja), atau sering disebut Maharaja Purnawarman, berkuasa pada
tahun 317 Saka (395 M), meningal pada 356 Saka (434 M), dipusarakan di Citarum,
sehingga disebut juga Sang Lumah ing Tarumadi.
Kemasyhuran
Tarumanagara diabadikan didalam Prasasti zaman Purnawaraman, tentang
dibangunnya pelabuhan dan beberapa sungai sebagai sarana perekonomian ; pada
masa Purnawarman, Tarumanagara menaklukan raja-raja kecil di Jawa Barat yang
belum mau tunduk.
Prasasti-prasasti
tersebut juga menjelaskan tentang raja Tarumanegara ; menggali kali gomati
sepanjang 6122 busur ; wilayahnya meliputi Bogor dan Pandeglang, bahkan pada
perkembangan berikutnya, Tarumanagara mampu melebarkan sayap kekuasaannya.
Perluasan daerah Tarumanagara dilakukan melalui jalan perang maupun jalan
damai, berakibat wilayah Tarumanagara menjadi jauh lebih luas dibandingkan
ketika masih dipimpin Rajadirajaguru dan Raja Resi.
Pada
zaman ini pula, masalah hubungan diplomatik ditingkat. Sehingga wajar jika
Pustaka Nusantara menyebutkan kekuasaan Purnawarman membawahi 48 raja daerah
yang membentang dari Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada
Pandeglang) sampai ke Purwalingga (Purbolinggo) di Jawa Tengah. Sehingga memang
secara tradisional Cipamali (Kali Brebes) dianggap batas kekuasaan raja-raja
penguasa Jawa Barat pada masa silam. Hal yang sama dapat ditenggarai dari masa
Manarah dan Sanjaya di Galuh.
K.
Membangun
Wilayah
Kisah
Purnawarman secara terperinci diuraikan didalam Pustaka Pararatvan I Bhumi
Jawadwipa. Langkah pertama yang dilakukannya, ia memindah kan ibukota kerajaan
kesebelah utara ibukota lama, ditepi kali Gomati, dikenal dengan sebutan Jaya
singapura. Kota tersebut didirikan Jayasingawarman, kakeknya. Kemudian diberi
nama Sundapura (kota Sunda). Iapun mendirikan pelabuhan ditepi pantai pada
tahun 398 sampai 399 M. Pelabuhan ini menjadi sangat ramai oleh kapal
Tarumanagara.
Raja
Tarumanagara pada masa Purnawarman sangat memperhatikan pemeliharaan aliran
sungai. Tercatatat beberapa sungai yang diperbaikinya :
1. Pada
tahun 410 M ia memperbaiki kali Gangga hingga sungai Cisuba, terletak di daerah
Cirebon, termasuk wilayah kekuasaan kerajaan Indraprahasta.
2. Pada
tahun 334 Saka (412 M) memperindah alur kali Cupu yang terletak di kerajaan
Cupunagara yang mengalir hingga istana raja.
3. Tahun
335 Saka (413 M) Purnawarman memerintahkan membangun kali Sarasah atau kali
Manukrawa (Cimanuk).
4. Tahun
339 Saka (417 M), memperbaiki alur kali Gomati dan Candrabaga, yang sebelumnya
pernah dilakukan oleh Rajadirajaguru, kakeknya.
5. Tahun
341 Saka (419), memperdalam kali Citarum yang merupakan Sungai terbesar di
Wilayah kerajaan Tarumanagara.
Proses
dan hasil pembangunan beberapa sungai diatas menghasilkan beberapa implikasi,
yakni dapat memperteguh daerah-daerah yang dibangun sebagai daerah kekuasaan
Tarumanagara. Kedua, karena sungai pada saat itu sebagai sarana perkenomian
yang penting, maka pembangunan tersebut membangkitkan perekonomian pertanian
dan perdagangan. Politik dan Keamanan Sejak pra Aki Tirem wilayah pantai
barat pulau Jawa tak lekang dari gangguan para perompak, bahkan keberadaan
Salakanagara tak lepas pula dari perlunya penduduk Kota Perak mempertahankan
diri dari gangguan para perompak. Disinilah sebenarnya Dewawarman I berkenalan
dengan masyarakat Yawadwipa dan dari thema ini pula masyarakat Jawa Barat
bersentuhan dengan kebudayaan India. Konon kabar ketika masa Salakanagara,
pemberantasan perompak dianggap sulit, bahkan menurut cerita rakyat, ketujuh
putra Dewawarman yang terakhir terbunuh dilaut ketika menghalau para perompak.
Para India, perompak yang paling ganas berasal dari laut Cina Selatan, sehingga
Sang Dewawarman menganggap perlu untuk membuka jalur diplomatik dengan Cina dan
Gangguan para perompak dialami juga ketika zaman Purnawarman, bahkan wilayah
laut Jawa sebelah utara, barat dan timur telah dikuasai perompak. Semua kapal
diganggu atau dirampas, yang terakhir para perompak berhasil menyandera dan
membunuh seorang menteri Kerajaan Tarumanagara dan para pengikutnya. Untuk
menghancurkan para perompak, Sang Purnawarman langsung memimpin pasukan
Tarumanagara. Kontak senjata pertama terjadi diwilayah Ujung Kulon. Para
perampok tersebut dibunuh dan dibuang kelaut. Sedemikian marahnya Purnawarman.
Sejak peristiwa itu daerah tersebut menjadi aman, karena Purnawarman menghukum
mati setiap perompak yang tertangkap. Untuk meneguhkan hubungan diplomatik,
banyak anggota kerajaan yang menikah dengan keluarga raja lain.
Purnawarman
memiliki permaisuri dari raja bawahannya, disamping istri-istri lainnya dari
Sumatra, Bakulapura, Jawa Timur dan beberapa daerah lainnya. Dari permaisuri
ini kemudian lahir sepasang putra dan putri. Putra Purnawarman bernama diberi
nama Wisnuwarman, kelak menggantikan kedudukannya sebagai raja Tarumanagara.
Sedangkan adiknya dinikahi oleh seorang raja di Sumatera. Konon dikemudian hari
di Sumatera terdapat raja besar yang bernama Sri Jayanasa, dari kerajaan
Sriwijaya (pada saat itu masih dibawah kerajaan Melayu), dia adalah keturunan
Purnawarman.
L.
Pemberontakan
Cakrawarman
Pada
saat Purnawarman meninggal Tarumanagara membawahi 46 raja-raja kecil. Sungguh
kekuasaan yang besar dan perlu raja yang mampu dan kuat untuk melanjutkan
kekuasaan ini. Ia kemudian digantikan oleh putranya, yakni Wisnuwarman,
dinobatkan tahun 356 Saka (434 M), Ia memerinta selama 21 tahun.
Wisnuwarman
meneruskan kebijakan ayahnya, namun ia jauh lebih bijaksana dibandingkan
Purnawarman yang dianggap bertangan besi. Untuk menjaga eksistensi
Tarumanagara, penobatan ini diberitahukan keesegenap Negara sahabat dan
bawahannya. Pada awal pemerintahan Wisnuwarman sudah beberapa kali
mengalami upaya pembunuhan. Hingga kemudian diketahui, bahwa aktor intellectual
upaya pembunuhan itu adalah Cakrawarman, pamannya sendiri, adik Purnawarman.
Cakrawarman
dimasa Purnawarman menjabat sebagai panglima angkatan perang. Ia sangat setia
mendampingi kakaknya dalam upaya melebarkan sayap kekuasaan Tarumanagara. Ia
dianggap orang kedua di Tarumanagara. Sepeninggal Purnawarman Ia diharapkan
para pengikutnya untuk menggantikan Purnawarman.
Upaya
makar sebenarnya tidak akan pernah terjadi jika Cakrawarman tidak berambisi dan
yakin terhadap kepemimpinan Wisnuwarman yang mampu melanjutkan kekuasaan
Purnawarman. Keraguannya sangat beralasan, mengingat Cakrawarman tidak
bertabiat seperti ayahnya, yang tegas dan tanpa kompromi terhadap
lawan-lawannya. Namun patut diakui, sejak masa Wisnuwarman keadilan dan
kemakmuran Tarumanagara bisa dapat tercapai. Upaya makar yang dilakukan pula
oleh para pejabat istana yang setia kepada Cakrawarman, seperti Sang Dewaraja
(wakil panglima angkatan perang), Sang Hastabahu (kepala bayangkara), Kuda
Sindu (wakil panglima angkatan laut), serta pejabat angkatan perang dan para
pejabat kerajaan-kerajaan bawahan Tarumanagara. Cakrawarman akhirnya
terbunuh dalam suatu pertempuran di sebelah selatan Indraprahasta, tidak jauh
dari Sungai Cimanuk. Ia terbunuh oleh pasukan Bhayangkara Indraprahasta, kerajaan
dibawah Tarumanagara yang setia kepada Wisnuwarman. Sejak peristiwa tersebut,
pasukan bhayangkara Tarumanagara selalu dipercayakan kepada orang-orang
Indraprahasta. Kepercayaan demikian berlangsung hingga pada peristiwa Galuh,
ketika terjadi pemberontakan Purbasora terhadap Sena. Negara Indrapahasta yang
dibangun Resi Sentanu itu dibumi hanguskan oleh Sanjaya.Peristiwa pengancuran
Indraprahasta oleh Sanhaya diabadikan dalam Nusantara III/2, sebagai berikut
: kang rajya Indraprahasta wus sirna dening Rahyang Sanjaya mapan kasoran
yuddha nira. Rajya Indraprahasta kebehan nira kaprajaya sapinasuk kadatwan
syuhdrawa pinaka tan hana rajya manih i mandala Carbon Ghirang. Wadyanbala,
sang pameget, nanawidhakara janapada, manguri, sang pinadika, meh sakweh ira pejah
nirawaceca. Kawalya pirang siki lumayu humot ring wana, giri, iwah, luputa
sakeng satrwikang tan hana karunya budhi pinaka satwakura. Kerajaan
Indraprahasta itu telah musnah oleh Rahyang Sanjaya karena kalah perangnya.
Seluruh Kerajaan Indraprahasta ditundukan termasuk keratonya hancur lumat
seakan-akan tidak ada lagi kerajaan didaerah Cirebon Girang. Angkatan perang,
pembesar kerajaan, seluruh golongan penduduk, penghuni istana, para terkemuka,
hampir seluruhnya binasa tanpa sisa. Hanya beberapa orang yang berhasil
melarikan diri bersembunyi di hutan, gunung dan sungai yang terluput dari musuh
yang tidak mengenal belas kasihan seperti binatang buas.
M.
Pemberian
Otonomi
Kisah
penumpasan pemberontakan Cakrawarman memberikan pelajaran terhadap pihak
keraton dan raja-raja dibawah Tarumanagara untuk tidak mengulang peristiwa yang
sama. Keteguhan kekuasaan selanjutnya dirubah, dari yang bersifat tangan besi
di zaman Purnawarman menjadi perilaku adil dan bijaksana. Ia memperhatikan
kesejahteraan rakyat dan mengayomi raja-raja yang ada dibawah kekuasaannya.
Suri
ketauladan Wisnuwarman digambarkan ketika menggagalkan upaya Kup Cakrawarman.
Secara bijak ia mengadili orang-orang suruhan Cakrawarman untuk memberitahukan
aktor intelectualnya. Ia memperlakukan tersangka dengan baik dan secara cerdik
dijanjikan tidak akan dihukum mati. Kemudian iapun mendapatkan informasi
tentang actor intellectual dimaksud.Kebijaksanaan yang ia miliki dijadikan suri
tauladan oleh generasi penerusnya, Indrawarman dan Candrawarman. Sang Maharaja
Indrawarman bergelar Sang Paramartha Sakti Maha Prabawa Lingga Triwikrama
Buanatala. Berkuasa selama 60 tahun, sejak 377 sampai dengan 437 Saka (455 –
515 M), sedangkan Indrawarman bergelar Sri Maharaja Candrawarman bergelar Sang
Hariwangsa Purusasakti Suralaga Wangenparamarta, berkuasa selama 20 tahun,
sejak tahun 437 sampai dengan 457 saka (515 – 535 M). Pada masa
pemerintahannya memang banyak penduduk yang beragama Wisnu, namun tidak pernah
terdengar adanya benturan, Situasi keagamaan digambar-kan tidak ada yang saling
curiga dan cemburu (tan hanekang irsya). Peristiwa yang dapat dianggap
monumental ketika menyerahkan pemerintahan raja-raja daerah kepada trah
turunanan masing-masing, atas dasar kesetiaan kepada raja Tarumanagara.
Peristiwa ini terjadi pada 454 Saka (532 M). Suatu hal yang perlu
diteladani, pembagian atau penyerahan pengawasan pusat ke daerah masing-masing
bukan suatu barang baru di tatar sunda. Hanya saja banyak ragam proses yang
perlu dilalui. Biasanya perlu ada desakan, tekanan dan permintaan agar pusat
mau memberikan otonomi. Dalam peristiwa Tarumanagara justru sebaliknya,
pemberian otonomi kepada raja-raja dibawahnya dilakukan ketika Negara dalam
keadaan yang stabil. Peristiwa ini digambarkan didalam naskah Wangsakerta (Jawa
dwipa Sarga 1) dan disebut adanya perubahan paradigma raja-raja tarumanagara,
dari tangan besi kearah pengendoran kekuasaan.Tindakan monumental tersebut
kemudian diabadikan dalam bentuk prasasti ketika jaman Raja Suryawarman, yang
ditemukan didaerah Pasir Muara (Cibungbulang). Isi prasasti tersebut sebagai
berikut : Ini sabdakalanda rakryan juru pangambat wi kawihaji panyca
pasagi marsa Ndeca barpulihkan haji sundaIni tanda ucapan rakyan juru
pangambat (tahun) 458 pemerintahandaerah dipulihkan kepada raja sunda.
N.
Karakter
Kepemimpinan
Dari
kearifan masa lalu, adanya penerapan leadership yang berbeda antara masa
Purnawarman dengan Wisnuwarman. Masa Purnawarman kepemimpinan Tarumanagara
dijalan kan secara tangan besi. Ia tanpa ampun menghukum setiap para pelanggar
hukum dan penganggu ketertiban. Namun ia pun mampu menjaga hubungan baiknya
melalui jalur diplomatik dengan kerajaan lainnya. Bahkan masalah reward dan
punishment sangat kentara dijalankan. Hal ini dapat ditenggarai dari setiap
selesainya membangun suatu daerah niscaya ia memberikan hadiah kepada warga
maupun Brahmana Konsep lain dari kearifannya dapat pula ditenggarai dalam
cara-cara Purnawarman menjaga hubungan baik dengan para Brahmana, bahkan ia
membangun tempat tempat suci seperti diwilayah Indraprahasta. Hubungan raja
brahmana demikian dapat mensinergikan antara masalah duniawi (raja) dan masalah
akhirat (brahma). Dalam cara-cara mempertahankan kejayaan tersebut di zaman
Wisnuwarman dilakukan dengan cara yang benar-benar adil dan berani
mendelagasikan pengawasan dan kebijakannya kepada raja-raja bawahan. Ia pun
memberikan punishment yang seimbang dengan tingkat kesalahan para pelanggarnya.
Hal ini terbukti pada cara-cara memberikan hukuman terhadap para pemberontak.
Namun tentunya, masalah kepercayaan (dipercayai dan dapat memegang kepercayaan)
merupakan factor analisa yang pentinga ia lakukan, sehingga tanpa perang pun ia
mampu mempertahankan kejayaan Tarumanagara.
O.
Runtuhnya
Tarumanegara
Runtuhnya
Tarumanegara belum dapat di ketahui pasti, namun kerajaan Tarumanegara masih
mengirimkan utusannya ke cina sampai tahun 669 M. setelah itu tidak di dapatkan
lagi berita. Kemungkinan Tarumanegara di taklukan Sriwijaya (sepertihalnya
terlulis dalam Prasasti Prasasti Karang berahi). Sehingga dapat di duga
runtuhnya Tarumanegara sekitar + tahun 669 M oleh serangan Sriwijaya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
apa yang telah kami uraikan dalam makalah di atas, dapat kita ambil kesimpulan
bahwa kerajaan Kutai dan Kerajaan
Tarumanegara tidak hanya menunjuk pada perkembangan ajaran Hindu–Budha, tetapi
juga pada aspek lain missal aspek politik, ekonomi, sosial budaya dan lain
sebagainya.
Dalam
proses akulturasi, Indonesia sangat berperan aktif. Hal ini terlihat dari
peninggalan–peninggalan yang tidak sepenuhnya merupakan hasil jiplakan
kebudayaan India. Meskipun corak dan sifat kebudayaan di pengaruhi India. Namun
dalam perkembangannya Indonesia mampu menghasilkan kebudayaan kepribadian
sendiri.
B.
Saran
Kami
sebagai penyusun
adalah hendaknya para generasi mudah mau untuk mengetahui mengenai sejarahnya
kerajaan-kerajaan zaman dulu, karena dalam setiap kisahnya memiliki hal-hal
positif yang bisa diterapkan dalam kehidupan sekarang ini. Dengan mengetahui
sejarah tersebut juga bisa menambah wawasan kita sebagai generasi muda, akhir kata dari kami semoga makalah ini bermanfaat
untuk para pembaca dan semoga dapat memberi tambahan ilmu pengetahuan. Amin
Terimakasih ^^
BalasHapusTrima kasih
BalasHapus